Terbukti bahwa tubuh wanita yang sehat dan seksi lebih menarik perhatian lawan jenis, terutama pasangannya. Salah satu ‘komponen’ tubuh yang paling disorot adalah payudara. Maka tak heran bila payudara indah pun memberi aura keindahan ke seluruh tubuh pemiliknya.
Sepanjang sejarah, payudara sangat dihargai sebagai bagian tubuh terindah wanita di samping dikenal kemampuannya untuk membesarkan buah hati (anak-anak) mereka.
Setidaknya payudara wanita menjadi simbol bawah sadar setiap manusia sebagai kenyamanan dan keamanan – khususnya untuk pria. Walau di banyak kultur Barat – terutama di Amerika sana, sering menyalahgunakan payudara sebagai objek kekuatan erotik yang besar.
Memang tidak ada kejelasan yang pasti mengenai karakteristis untuk preferensi kultural yang terjadi akibat sosialisasi selama ini. Akan tetapi mungkin saja sikap kita yang dapat memberikan petunjuk terhadap ketelanjangan persepsi mengenai payudara.
Di sebagian negara-negara Eropa, wanita biasanya sudah tidak malu-malu lagi menutupi payudaranya saat mereka menyusui anaknya di depan publik – hal ini sangat berbeda di kota-kota besar di Indonesia kita yang masih tabu menyusui di depan umum, berbeda dengan di kampung atau di pedalaman yang belum terkontaminasi. Jadi hal seperti inilah yang membuat payudara memiliki kecenderungan untuk disembunyikan.
Faktor lain seperti model pakaian juga sangat mempengaruhi penampilan payudara. Trend mode sekarang makin membuat payudara dan tubuh wanita terlihat lebih sempurna. Dengan begini, bagian terindah di tubuh wanita ini semakin memperlihatkan daya tarik seksualnya.
Memang, wanita dan pria sama-sama menciptakan sebuah dinamika kultural terhadap payudara sebagai sebuah objek seksual. Buktinya semakin banyak saja wanita yang mengandalkan payudara sebagai daya tarik terbaiknya, sehingga tak jarang mereka yang tak puas melakukan operasi pembesaran payudara. Atau memakai wonder bra yang terkenal di Amerika untuk membuatnya lebih montok.
Di samping itu payudara memang merupakan zona erotik. Dengan lingkaran areola (daerah gelap di sekeliling puting), dan puting payudara, memiliki banyak ujung syaraf. Jika mendapatkan stimulasi yang baik, puting akan bereaksi dan mengeras (ereksi). Memang, kepekaan payudara setiap wanita berbeda-beda tergantung dari fluktuasi hormon dan faktor lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar wanita sangat menikmati sensasi seksual ketika pasangannya menstimulasi bagian payudara mereka selama melakukan hubungan seksual. Bahkan beberapa wanita berkemungkinan mencapai orgasme saat payudaranya distimulasi.
Pendapat pria pun berbeda-beda tentang payudara. Akan tetapi intinya, mereka sangat mengagumi dan menghargai keindahannya. “Payudara isteri saya sangat cantik. Kulitnya sangat lembut, terang dan kenyal seperti mutiara besar”, aku seorang pria, 34 tahun dan telah menikah. Pria lain ikut berkomentar. Ia mengatakan bahwa selama hidupnya ia belum pernah melihat payudara yang tidak disukainya. Untuk sebagian pria mungkin mempermasalahkan ukuran yang tepat dan ukuran yang baik. Tapi umumnya pria memandang payudara sebagai suatu keindahan dalam beragam variasi. Pada hakekatnya, tidak ada pria yang memilih menikah atau bercerai karena pasangannya berdada kecil/besar.
Ada saat di mana payudara wanita menjadi lebih besar atau lebih kecil. Misalnya saja, saat hamil, menyusui atau karena pengaruh pil kontrasepsi. Akan tetapi semua itu kembali pada individu masing-masing. Otomatis jika postur tubuh baik, maka payudara pun akan terlihat montok dan padat. Jika otot pektoralis (otot bagian belakang payudara) diperkuat dengan olahraga, maka payudara pun akan terangkat dan terlihat besar.
Saat melakukan hubungan seksual, sebagian wanita menginginkan pasangannya dapat memperlakukan payudaranya dengan lembut. Misalnya saja di bagian putingnya. Bagian ini terkenal sangat sensitif dan mudah sekali dirangsang. Umumnya wanita menginginkan sentuhan, ciuman, dan hisapan lembut pada bagian ini. Sebelum menstruasi, wanita mengalami nyeri dan pembengkakan pada payudaranya dan menginginkan stimulasi jenis lain.
Perlu Anda ketahui bahwa ukuran payudara tak mempengaruhi respon seksual. Akan tetapi sikap wanitanya yang mempengaruhi resposivitas. Tapi tetap saja payudara bukan merupakan parameter responsivitas seksual. Perlu Anda tahu juga bahwa tidak semua wanita yang putingnya ereksi berarti telah terangsang. Akan tetapi rangsangan lainnya adalah keluarnya cairan lubrikasi vagina, kemerahan di dada dan peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernafasan.
Sensasi fisik dan aspek visual dari intermammary intercourse sebenarnya sangat merangsang sebagian besar pria. Akan tetapi jika pasangan Anda tidak merespon saat Anda menstimulasi payudaranya, bukanlah berarti ia mengalami kelainan/gangguan seksual. Perlu Anda mengerti bahwa wanita (juga pria) memiliki cara yang berbeda dalam respon seksualnya. Jadi wajar saja jika pasangan Anda tidak memiliki payudara sensitif walaupun mereka mendapatkan rangsangan yang cukup pada bagian genital atau non-genital lainnya.
Beberapa di antara mereka melaporkan bahwa sensitivitas payudaranya menurun setelah pembedahan untuk membesarkan atau mengecilkan payudara, setelah pengobatan kanker payudara, setelah kehamilan dan melahirkan, atau setelah bertambah usianya.
Sebagian wanita tidak terangsang oleh stimulasi payudara karena alasan psikologis. Sebagai contoh, mereka mungkin merasa malu akibat ukuran payudaranya, menganggapnya terlalu kecil atau terlalu besar. Oleh sebab itu, sangatlah dianjurkan kepada setiap wanita untuk berkonsultasi dengan dokter tentang masalah kesehatan payudaranya dan belajar bagaimana melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan.
Rekan semua, benarlah ketika kita membaca novel “Payudara” (terbitan Melibas, Agustus 2004) karya Chavchay Syaifullah (CS). Pertanyaan pertama yang akan kita kupas adalah mengapa judulnya “Payudara”? Judul yang cukup menggoda dan membuat kita penasaran ini tentunya beralasan.
Dalam teori seksualitas yang dikembangkan oleh Freud, ia mengungkapkan bahwa pada pulsi seksual; sebutan umum untuk libido terbentuk pada saat pubertas, dan dalam kaitan yang erat dengan proses yang mengantarkannya ke kedewasaan, bahwa pulsi tersebut muncul dalam bentuk daya tarik yang tak tertahankan dari satu jenis kelamin terhadap jenis kelamin lainnya. Tujuannya adalah penyatuan seksual, atau paling tidak semua perbuatan yang mengarah pada tujuan tersebut . Payudara memang bukan alat genetikal, namun payudara mampu membuat keterangsangan, dikarenakan bentuknya yang “eye catching”, maka mempunyai daya tarik tersendiri bagi kaum pria untuk berkeinginan menjelajahinya.
Setuju…?
Dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar